KARYA TULIS ILMIAH (KI) KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI
KEPEMIMPINAN KEPALA
SEKOLAH DALAM
PERSPEKTIF PENDIDIKAN KARAKTER
KARYA TULIS
Diajukan Sebagai Bahan untuk Mengikuti Seleksi
Calon Kepala Sekolah Berprestasi
Disusun Oleh :
Nama : .............................................................
N I P : .........................................................
Tempat Tugas : .............................................................
DINAS PENDIDIKAN KOTA SUNGAI PENUH
TAHUN 2018
Lembar Pengesahan
Karya
tulis dengan judul “ Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Perspektif Pendidikan
Karakter“.
Ditulis Oleh : ENDANG MURDIYATI, S.Pd.
NIP :
1971 1810
1996 03 2 002
Jabatan :
Kepala Sekolah
Tempat Tugas :
SDN No.005/XI Kel.Sungai Penuh
Saya telah membuat karya tulis sebagai syarat untuk mengikuti seleksi calon
Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat SD wilayah Kota Sungai Penuh.
Demikian
surat pengesahan ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Sungai Penuh, April 2018
Pengawas SDN Kec.Sungai
Penuh
Hj.IRIANI S.Pd
NIP : 1962 0804 1982 03 2 007.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “ Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
Perspektif Pendidikan
Karakter “.
Karya tulis ini dibuat
sebagai bahan untuk memenuhi persyaratan
mengikuti seleksi calon kepala sekolah berprestasi yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Sungai Penuh.
Terselesaikannya
karya tulis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah memberikan bantuan dalam penulisan karya tulis ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Dengan keterbatasan ilmu yang
dimiliki, penulis sadar bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangannya,.Untuk itu penulis berharap adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun.
Akhirnya
penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi orang lain dan
khususnya bagi penulis sendiri.
Sungai Penuh, April 2018
Endang Murdiyati,S.Pd
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ........ ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ....... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah ................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan........................................................................... 2
D. Landasan teori............................................................................... 2
E. Strategi Pemecahan Masalah.......................................................... 4
1.
Deskripsi Strategi Pemecahan Masalah
............................ 4
2.
Tahapan Operasional
Pelaksanaan............................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Alasan Strategi Pemecahan
Masalah............................................... 6
B. Hasil yang Ingin Dicapai
dari Penerapan Strategi .......................... 10
C. Kendala-Kendala Dalam
Melaksanakan Pendidikan Karakter .... 16
D. Alternatif Pengembangan Pendidikan
Karakter............................. 17
BAB III KESIMPULAN dan REKOMENDASI
A. Simpulan................................................................................ ....... 18
B. Rekomendasi ................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 20
LAMPIRAN................................................................................................................ 21
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Berbagai upaya telah dilakukan oleh
pemerintah untuk membangun pendidikan yang berkualitas. Maka munculah berbagai
macam konsep pendidikan, pendidikan yangmenekankan pada life skill, pendidikan yang berorientasi pada ujian
nasional, pendidikanyang inklusif, . Selaian itu pemerintah juga melalui
Kementrian Pendidikan Nasional telah mencanangkan penerapan pendidikan karakter
bagi semua tingkat pendidikan, baik sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Ini
dilakukan karena dunia pendidikan dianggap kurang berhasil dalam mengantarkan generasi
bangsa menjadi pribadi-pribadi yang bermartabat.
Dunia pendidikan dinilai hanya mampu
melahirkan lulusan-lulusan manusia dengan tingkat intelektualitas yang memadai
namun lemah dalam karakter. Dewasa ini budaya dan karakter bangsa menjadi
sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan,
tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak, wawancara, dialog, dan gelar
wicara di media elektronik. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti
korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan
ekonomi yang konsumtif, kehidupn politik yang tidak produktif, dan
sebagainya. Sehingga terjadi ketimpangan
yang tajam antara harapan dan kenyataan.
Disinilah peran kepala sekolah sebagai
pemimpin dan penentu kebijakan di sekolah harus dapat menjalankan peran dan
tugasnya dengan baik. Kepala sekolah diharapkan mampu mengelola kegiatan
pembelajaran di sekolah dengan berorientasi pada pembentukan karakter siswa.
Berdasarkan permasalahan tersebut penulis
mencoba membuat sebuah karya tulis yang relevan dengan kondisi tersebut dengan
judul “ Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Perspektif Pendidikan Karakter “.
B. Rumusan Masalah
Pendidikan karakter bisa jadi merupakan tawaran yang
sangat menarik untuk dilaksanakan. Tujuan yang hendak dicapai dari pola
pendidikan itu diharapkan dapat menjadi jawaban dari permasalahan bangsa selama
ini. Diterapkannya pendidikan karakter diharapkan masalah-masalah sosial yang
dilatarbelakangi oleh merosotnya nilai-nilai karakter bangsa bisa segera
ditanggulangi dengan baik.
Selain itu, mencermati penjabaran dari latar belakang
masalah di atas, setidaknya ada beberapa rumusan masalah yang dapat dirangkum,
yaitu :
1. Bagaimana
penerapan pendidikan karakter di sekolah?
2. Bagimana
tugas dan peran kepala sekolah dalam menjalankan tugas kepemimpinannya?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan beberapa rumusan masalah di atas tujuan dari
penulisan ini
adalah memberikan gambaran
dan pemahaman secara teoritis tentang penerapan
Pendidikan karakter serta
tugas dan peran kepala sekolah dalam menjalankan tugas kepemimpinannya.
D. Landasan Teori
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor
yang sangat penting dalam suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan
dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi
tersebut. Pentingnya kepemimipinan seperti yang dikemukakan oleh James M. Black
pada Manajemen: a Guide to Executive Commanddalam Sadili Samsudin
(2006:287) yang dimaksud dengan “Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan dan
menggerakkan orang lain agar mau bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai
suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.
Sementara R. Soekarto Indrafachrudi (2006:2) mengartikan “Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan itu”. Kemudian menurut Maman Ukas (2004:268) “Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi orang lain, agar ia mau berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian suatu maksud dan tujuan”. Sedangkan George R. Terry dalam Miftah Thoha (2003:5) mengartikan bahwa “Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi”.
Sementara R. Soekarto Indrafachrudi (2006:2) mengartikan “Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan itu”. Kemudian menurut Maman Ukas (2004:268) “Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi orang lain, agar ia mau berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian suatu maksud dan tujuan”. Sedangkan George R. Terry dalam Miftah Thoha (2003:5) mengartikan bahwa “Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi”.
Berdasarkan beberapa definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki
seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk mau bekerja sama agar mau
melakukan tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuan bersama.
Kepala sekolah berasal dari dua kata
yaitu “Kepala” dan “Sekolah” kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin
dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga.Sedang sekolah adalah sebuah lembaga
tempat menerima dan memberi pelajaran.Jadi secara umum kepala sekolah dapat
diartikan pemimpin sekolah atau suatu lembaga tempat menerima dan memberi
pelajaran. Wahjosumidjo (2002:83) mengartikan bahwa: “Kepala sekolah adalah
seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah
tempat diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat terjadinya
interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa kepala sekolah adalah sorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin
segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan
secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama.
Secara harfiah karakter artinya “kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi ” (Hornby dan Pornwell, 1972: 49). Dalam kamus Psikologi dinyatakan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang yang biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Dali Gulo, 1982: 29).
Secara harfiah karakter artinya “kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi ” (Hornby dan Pornwell, 1972: 49). Dalam kamus Psikologi dinyatakan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang yang biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Dali Gulo, 1982: 29).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,
budaya, dan adat istiadat.
Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan
nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan,
kesadaran individu, tekad serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan
nilai-nilai baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, maupun sesama
manusia.
Menurut Tazdkirotun Musfiroh (2008) karakter mengacu pada
serangkaian sikap (attitude), prilaku (behavior), motivasi (motivation), dan
keterampilan (skill). Seseorang dikatakan memiliki karakter baik apabila ia
mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang potensi dirinya serta mampu
mewujudkan potensi itu dalam sikap dan tingkah lakunya.
Menurut David Elkin dan Freddy Sweet, Ph.D. (2004), yang
dimaksud dengan pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh
komponen pendidikan yang dapat mempengaruhi karakter peserta didik.
Adapun menurut T. Ramli
(2003), Pendidikan karakter memiliki esensi yang sama dengan pendidikan moral
atau akhlak. Pijakan utama yang harus dijadikan sebagai landasan dalam menerapkan
pendidikan karakter adalah nilai moral universal yang dapat digali dari agama.
E. Strategi Pemecahan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dan rumusan
masalah, tujuan penulisan, dan landasan teori yang telah dikemukakan,
selanjutnya diajukan strategi pemecahan masalah sebagai berikut:
1. Deskripsi strategi pemecahan masalah
Strategi
adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan
dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam
kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim
kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan
prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan,
dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.
2. Tahapan opersional
pelaksanaan pemecahan masalah
|
|
BAB. II
PEMBAHASAN
A. Alasan Strategi Pemecahan Masalah
Pemerintah
melalui Kementerian Pendidikan Nasional sudah mencanangkan penerapan pendidikan
karakter untuk semua tingkat pendidikan dari SD hingga Perguruan
Tinggi. Munculnya gagasan program pendidikan karakter dalam dunia
pendidikan di Indonesia dapat dimaklumi,
sebab selama ini dirasakan proses pendidikan ternyata belum berhasil membangun
manusia Indonesia yang berkarakter. Banyak yang menyebut bahwa pendidikan
telah gagal membangun karakter.Banyak lulusan sekolah dan sarjana yang pandai
dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi mentalnya lemah, penakut, dan
perilakunya tidak terpuji.
Pembangunan karakter perlu
dilakukan oleh manusia. Senada dengan hal tersebut, Ellen
G. White dalam Sarumpaet (2001: 12) mengemukakan bahwa pembangunan karakter
adalah usaha paling penting yang pernah diberikan
kepada manusia. Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem
pendidikan yang benar.Pendidikan rumah tangga maupun pendidikan dalam sekolah,
orang tua dan guru tetap sadar bahwa pembangunan tabiat yang agung adalah tugas
mereka.
Menurut Mochtar Buchori
(2007) pendidikan
karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif,
penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara
nyata. Permasalahan pendidikan karakter yang selama ini ada di sekolah perlu
segera dikaji dan dicari altenatif-alternatif solusinya serta perlu
dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan.
Banyak hasil penelitian
yang membuktikan bahwa karakter seseorang dapat mempengaruhi kesuksesan
seseorang. Di antaranya berdasarkan penelitian
di Harvard University Amerika Serikat ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan
semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja,
tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).
Penelitian ini mengungkapkanbahwa kesuksesan
hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya
80 persen olehsoft skill.Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa
berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard
skill.Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik
sangat penting untuk ditingkatkan.
Sementara itu Ratna
Megawangi (2007) dalam
bukunya “Semua Berakar Pada
Karakter” mencontohkan
bagaimana kesuksesan Cina dalam menerapkan pendidikan karakter sejak awal tahun
1980-an.
Menurutnya pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui
proses proses pendidikan yangmelibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik,
sehingga berakhlak mulia).Tanpa ketiga aspek tersebut pendidikan karakter tidak akan
efektif dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan
berkelanjutan. Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas
emosinya.
Kecerdasan emosi adalah
bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena dengan
kecerdasan emosi seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam
tantangan termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Joseph Zins (2001) dalam sebuah
buku dalam EmotionalIntelligence and School Success mengungakapkanbahwa
ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah.
Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan
otak tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama,
kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan
berkomunikasi.Jadi keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata
80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi dan hanya 20 persen ditentukan oleh
kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya
akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya.
Anak-anak yang
bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia prasekolah dan kalau tidak
ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang
berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosi tinggi akan terhindar dari
masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti tawuran, narkoba, miras,
perilaku seks bebas, dan sebagainya. Selain itu fakta di lapangan
memperlihatkan banyak orang tua yang gagal dalam mendidik karakter anak-anaknya. Entah
karena kesibukan atau karena lebih mementingkan aspek kognitif anak. Pendidikan
karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan karakter
adalah di dalam keluarga. Apabila seorang
anak mendapatkan pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut
akan berkarakter baik selanjutnya. Banyak
orang tua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan
karakter. Berdasarkan hal tersebut terbukti bahwa
pentingnya pendidikan karakter, baik di rumah ataupun di pendidikan formal.c
Sebagai
institusi lembaga yang diharapkan mampu menyediakan sarana pembentukan
karakter, sekolah dapat melakukanpenerapan
pendidikan karakter melalui bebrapa kegiatan yaitu :
a. Kegiatan
rutin
Kegiatan
rutin merupakan kegiatan yang rutin dilakukan setiap saat. Kegiatan rutin dapat
juga berarti kegiatan yang dilakukan siswa secara terus menerus dan konsisten
setiap saat (Puskur, 2011: 8). Beberapa contoh kegiatan rutin antara lain
kegiatan upacara hari Senin, upacara hari besar kenegaraan, pemeriksaan
kebersihan badan, piket kelas, shalat berjamaah, berbaris ketika mau masuk
kelas, berdoa sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam
apabila bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman.
b. Kegiatan
spontan
Kegiatan
spontan dapat juga disebut kegiatan insidental.Kegiatan ini dilakukan secara
spontan tanpa perencanaan terlebih dahulu.Contoh kegiatan ini adalah
mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah atau sumbangan
untuk masyarakat ketika terjadi bencana.
c. Keteladanan
Keteladanan
merupakan sikap “menjadi contoh”.Sikap menjadi contoh merupakan perilaku dan
sikap guru dan tenaga kependidikan dan siswa dalam memberikan contoh melalui
tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi siswa lain
(Puskur, 2011: 8).Contoh kegiatan ini misalnya guru menjadi contoh pribadi yang
bersih, rapi, ramah, dan supel.
d. Pengkondisian
Pengkondisian berkaitan dengan upaya sekolah untuk
menata lingkungan fisik maupun nonfisik demi terciptanya suasana mendukung
terlaksananya pendidikan karakter.Kegiatan menata lingkungan fisik misalnya
adalah mengkondisikan toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau
dengan pepohonan, poster kata-kata bijak yang dipajang di lorong sekolah dan di
dalam kelas (Puskur, 2011: 8).Sedangkan pengkondisian lingkungan nonfisik
misalnya mengelola konflik antar guru supaya tidak menjurus kepada perpecahan,
atau bahkan menghilangkan konflik tersebut.
e. Kegiatan
ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler
Kegiatan ko dan ekstra kurikuler merupakan
kegiatan-kegiatan di luar kegiatan pembelajaran. Meskipun di luar kegiatan
pembelajaran, guru dapat juga mengintegrasikannya dalam
pembelajaran.Kegiatan-kegiatan ini sebenarnya sudah mendukung pelaksanaan
pendidikan karakter. Namun demikian tetap diperlukan perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi yang baik atau merevitalisasi kegiatan-kegiatan ko dan ekstra
kurikuler tersebut agar dapat melaksanakan pendidikan karakter kepada siswa.
f. Kegiatan
keseharian di rumah dan di masyarakat
Kegiatan
ini merupakan kegiatan penunjang pendidikan karakter yang ada di sekolah, rumah
(keluarga) dan masyarakat merupakan partner penting suksesnya
pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. Pelaksanaan pendidikan karakter
sebaik apapun, kalau tidak didukung oleh lingkungan keluarga dan masyarakat
akan sia-sia. Dalam kegiatan ini, sekolah dapat mengupayakan terciptanya
keselarasan antara karakter yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di
rumah dan masyarakat (Puskur, 2011: 8).
B. Hasil yang Ingin Dicapai dari Penerapan
Strategi
Berkaitan dengan pentingnya diselenggarakan
pendidikan karakter di semua lembaga pendidikan formal, maka ada beberapa
tujuan atau hasil yang ingin diwujudkan dari penyelenggaraan pendidikan
karakter tersebut diantaranya yaitu:
1. Membentuk Manusia
Indonesia yang bermoral
Persoalan moral
merupakan masalah serius yang menimpa bangsa Indonesia, hal ini dapat dilihat
dari merebaknya dekadensi moral yang menimpa kaum remaja, pelajar dan masyarakat
pada umumnya bahkan para pejabat pemerintah. Problem moral seperti ini jelas
meresahkan semua kalangan, maka hasil yang diharapkan dari penyelenggaraan
pendidikan karkater yaitu mampu berprilaku positif dalam segala hal.
2. Membentuk manusia
Indonesia yang cerdas dan rasional
Pendidikan karakter
tidak hanya membentuk manusia yang bermoral tetapi juga manusia yang cerdas dan
rasional. Kecerdasan dalam memanfaatkan potensi diri dan kemampuan bersikap
rasional merupakan ciri orang yang berkepribadian atau berkarakter.
3. Membentuk manusia
Indonesia yang inovatif dan suka bekerja keras
Pendidikan karakter
merupakan pendidikan nilai yang diselenggarakan untuk menanamkan semangat suka
bekerja keras, disiplin, kreatif, dan
inovatif pada diri peserta didik yang diharapkan akan mengakar pada karakter
dan kepribadiannya. Oleh karena itu pendidikan karakter bertujuan untuk mecetak
generasi bangsa agar menjadi pribadi yang inovatif dan mau bekerja keras.
4. Membentuk manusia
Indonesia yang optimis dan percaya diri
Sikap optimis dan
percaya diri merupakan sikap yang harus ditanamkan kepada peserta didik sejak
dini. Kurangnya sifat optimis dan percaya diri menjadi faktor yang menjadikan
bangsa Indonesia kehilangan semangat untuk bersaing dalam menciptakan kemajuan
di segala bidang.
5. Membentuk jiwa
manusia yang berjiwa patriot
Salah satu prinsip
yang dimiliki oleh konsep pendidikan karakter adalah terbinanya sikap cinta
tanah air. Hal yang paling inti dari dari sikap ini adalah kerelaan untuk
berjuang, berkorban serta kesiapan diri dalam memberikan bantuan kepada
pihak-pihak yang membutuhkan. Maka hasil pendidikan karakter diharapkan dapat
mencetak peserta didik menjadi sosok yang tidak hanya cerdas secara
intelektual, namun juga cerdas dalam menyikapi masalah sosial.
Selain itu
pendidikan karakter juga memiliki beberapa fungsi, yaitu :
1. Mengembangkan potensi
dasar peserta didik agar ia tumbuh menjadi sosok yang berhati baik, berpikiran
baik dan berperilaku baik.
2. Memperkuat dan
membangun perilaku masyarakat yang multikultural.
3. Meningkatkan
peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia
Tujuan atau hasil
dan fungsi dari pendidikan karakter tersebut dapat dicapai apabila pendidikan
karakter dilakukan secara benar dan menggunakan media yang tepat.
Ada 18 nilai dalam
pendidikan karakter yaitu :
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Tindakan
yang menunjukkan upaya yang bersungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap
dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas
dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir,
bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan
bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara
berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial budaya,
ekonomi dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi
Sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Tindakan
yang menunjukkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang
lain.
14. Cinta Damai
Sikap,
perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang atas kehadiran
dirinya.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan
menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap
dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap
dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat
yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Kepala
sekolah sebagai penanggung jawab seluruh kegiatan pembelajaran yang berkarakter
di sekolah yang ia pimpin mempunyai tugas dan peran yang harus senantiasa
diperhatikan. Kepala Sekolah sebagai pemimpin harus
memperhatikan dan mempraktekkan fungsi kepemimpinan dalam kehidupan sekolah. Seorang
Kepala Sekolah hendaknya memiliki peran sebagai berikut:
a. Dalam
menghadapi warga sekolah yang beragam, kepala sekolah harus bertindak arif,
bijaksana dan adil. Dengan kata lain kepala sekolah harus dapat memperlakukan
semua warga sekolah dengan sama, sehingga dapat menciptakan semangat
kebersamaan di antara guru, staf, dan para siswa (Arbitrating).
b. Kepala
sekolah memberi saran atau sugesti,anjuran sehingga dengan sarantersebut selalu
dapat memelihara dan meningkatkan semangat, rela berkorban, rasa kebersamaan
dalam melaksanakan tugas masing-masing (Suggesting).
c. Kepala
sekolah memenuhi atau menyediakan dukungan yang diperlukan oleh para guru,
staf, dan siswa baik berupa dana, peralatan, waktu, bahkan suasana yang
mendukung (Supplying objectives).
d. Kepala
sekolah harus mampu menimbulkan dan menggerakkan semangat guru, staf, dan siswa
dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Catalysing).
e. Kepala
sekolah harus dapat menciptakan rasa aman di dalam lingkungan sekolah, sehingga
para guru, staf, dan siswa dalam melaksanakan tugasnya merasa aman, bebas dari
perasaan gelisah, kekhawatiran, serta memperoleh jaminan keamanan dari Kepala
Sekolah (Providing security).
f. Kepala
sekolah harus menjaga integritasnya sebagai orang yang menjadi pusat perhatian
karena akan menjadi orang yang mewakili kehidupan sekolah dimana dan dalam
kesempatan apapun (Representing).
g. Kepala
sekolah adalah sumber semangat bagi para guru, staf, dan siswa sehingga mereka
menerima dan memahami tujuan sekolah secara antusias, bekerja secara
bertanggung jawab ke arah tercapainya tujuan sekolah (Inspiring).
h. Kepala
sekolah harus dapat menghargai apa pun yang dihasilkan oleh bawahannya
(Praising).
Sementara
itu peran kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikanpenting
bagi guru-guru dan murid-murid. Pada umumnya kepala sekolah memiliki
tanggung jawab sebagai pemimpin di bidang pengajaran, pengembangan
kurikulum, administrasi kesiswaan, administrasi personalia staf, hubungan masyarakat,
administrasi school plan, dan perlengkapan serta organisasi sekolah. Dalam
memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar, kepala sekolah merupakan kunci
keberhasilan yang harus menaruh perhatian tentang apa yang terjadi pada peserta
didik di sekolah dan apa yang dipikirkan orang tua dan masyarakat tentang
sekolah.
Kepala sekolah dituntut untuk
senantiasa berusaha membina dan mengembangkan hubungan kerja sama yang baik
antara sekolah dengan masyarakat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan
efisien. Hubungan yang harmonis ini akan membentuk saling pengertian antara
sekolah, orang tua, masyarakat, dan lembaga-lembaga, saling membantu antara
sekolah dan masyarakat karena mengetahui manfaat dan pentingnya peranan
masing-masing, dan kerja sama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak
yang ada di masyarakat dan mereka merasa ikut bertanggung jawab atas suksesnya
pendidikan di sekolah. Kepala sekolah juga tidak saja dituntut untuk
melaksanakan berbagai tugasnya di sekolah, tetapi ia juga harus mampu menjalin
hubungan kerja sama dengan masyarakat dalam rangka membina pribadi peserta
didik secara optimal.
Cara kerja kepala sekolah dan
cara ia memandang peranannya dipengaruhi oleh kepribadiannya, persiapan dan
pengalaman profesionalnya, serta ketetapan yang dibuat oleh sekolah mengenai
peranan kepala sekolah di bidang pengajaran. Pelayanan pendidikan dalam dinas
bagi administrator sekolah dapat memperjelas harapan-harapan atas peranan
kepala sekolah.
Menurut Purwanto, mengatakan bahwa seorang kepala sekolah mempunyai
sepuluh macam peranan, yaitu :
a.
Sebagai pelaksana (executive).
Seorang pemimpin tidak boleh memaksakan kehendak sendiri terhadap kelompoknya.
Ia harus berusaha memenuhi kehendak dan kebutuhan kelompoknya, juga program
atau rencana yang telah ditetapkan bersama.
b.
Sebagai perencana (planner). Sebagai
kepala sekolah yang baik harus pandai membuat dan menyusun perencanaan,
sehingga segala sesuatu yang akan diperbuatnya bukan secara sembarangan saja,
tatapi segala tindakan diperhitungkan dan bertujuan.
c.
Sebagai seorang ahli (expert). Ia
haruslah mempunyai keahlian terutama yang berhubungan dengan tugas jabatan
kepemimpinan yang dipegangnya.
d.
Mengawasi hubungan antara
anggota-anggota kelompok (contoller of internal relationship). Menjaga jangan sampai
terjadi perselisihan dan berusaha mambangun hubungan yang harmonis.
e.
Mewakili kelompok (group
representative), Ia harus menyadari, bahwa baik buruk tindakannya di luar
kelompoknya mencerminkan baik buruk kelompok yang dipimpinnya.
f.
Bertindak sebagai pemberi
ganjaran / pujian dan hukuman,
seorang pemimpin harus membesarkan hati anggota-anggota yang bekerja dan banyak sumbangan terhadap kelompoknya.
seorang pemimpin harus membesarkan hati anggota-anggota yang bekerja dan banyak sumbangan terhadap kelompoknya.
g.
Bertindak sebagai wasit dan
penengah (arbitrator and mediator),
dalam menyelesaikan perselisihan atau menerima pengaduan antara anggota-anggotanya ia harus dapat bertindak tegas, tidak pilih kasih atau mementingkan salah satu anggotanya.
dalam menyelesaikan perselisihan atau menerima pengaduan antara anggota-anggotanya ia harus dapat bertindak tegas, tidak pilih kasih atau mementingkan salah satu anggotanya.
h.
Pemegang tanggung jawab para
anggota kelompoknya.
Ia haruslah bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan anggota-anggotanya yang dilakukan atas nama kelompoknya.
Ia haruslah bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan anggota-anggotanya yang dilakukan atas nama kelompoknya.
i.
Sebagai pencipta/memiliki
cita-cita (idiologist). Seorang pemimpin hendaknya mempunyai konsepsi yang baik
dan realistis, sehingga dalam menjalankan kepemimpinannya mempunyai garis yang
tegas menuju kearah yang dicita-citakan bersama.
j.
Bertindak sebagai ayah (father
figure). Tindakan pemimpin terhadap anak buah/kelompoknya hendaknya
mencerminkan tindakan seorang ayah terhadap anaknya.
C. Kendala-Kendala Dalam Melaksanakan Pendidikan Karakter
Sebagaimana
halnya dunia pendidikan pada umumnya, pendidikan karakter
merupakan pendidikan yang mensyaratkan
keterlibatan banyak pihak di
dalamnya. Dalam pelaksanaannya
pendidikan karakter tidak bisa menyerahkan
tugas pengajaran hanya kepada guru.
Sebab setiap peserta didik memiliki latar
belakang yang berbeda, yang ikut
menentukan kepribadian dan karakternya.
Kendala-kendala
yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, diantaranya
yaitu :
1. Kurangnya
komitmen para pendidik dalam melaksanakan pendidikan karakter
2. Alokasi
anggaran untuk kegiatan tersebut kurang memadai
3. Minimnya
sarana dan prasarana
4. Kurangnya
penataran atau pelatihan pendidikan karakter bagi para pendidik maupun
pengelola pendidikan
5. Kurangnya
dukungan masyarakat tentang pentingnya pendidikan karakter.
D. Alternatif
Pengembangan Pendidikan Karakter
Pendidikan Karakter perlu
dikembangkan di sekolah. Sebagai upaya untuk
meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter. Adapun
acuan konfigurasi pendidikan karakter baik dalam
konteks totalitas proses psikologis maupun sosial-kultural yaitu:
1. Olah
Hati (Spiritual and emotional development). Olah hati
bermuara pada pengelolaan spiritual dan emosional.
2. Olah
Pikir (intellectual development). Olah pikir
bermuara pada pengelolaan intelektual.
3. Olah
Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development).
Olah raga bermuara pada pengelolaan fisik.
4. Olah
Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Olah
rasa bermuara pada pengelolaan kreativitas
Pengembangan pendidikan
karakter bisa menggunakan kurikulum berkarakter
atau “Kurikulum Holistik Berbasis Karakter” (Character-based Integrated
Curriculum). Kurikulum inimerupakan
kurikulum terpadu yang menyentuh semua aspek kebutuhan anak. Sebuah kurikulum
yang terkait, tidak terkotak-kotak dan dapat merefleksikan dimensi,
keterampilan, dengan menampilkan tema-tema yang menarik dan kontekstual.
Bidang-bidang
pengembangan yang ada di sekolah dikembangkan dalam konsep pendidikan kecakapan
hidup yang terkait dengan pendidikan personal dan sosial, pengembangan
berpikir/kognitif, pengembangan karakter dan pengembangan persepsi motorik juga
dapat tersusun dengan baik apabila materi ajarnya dirancang melalui
pembelajaran yang terpadu dan menyeluruh (Holistik). Pembelajaran holistik
terjadi apabila kurikulum dapat menampilkan tema yang mendorong terjadinya
eksplorasi atau kejadian-kejadian secara otentik dan alamiah. Dengan munculnya
tema atau kejadian yang alami ini akan terjadi suatu proses pembelajaran yang
bermakna dan materi yang dirancang akan saling terkait dengan berbagai bidang
pengembangan yang ada dalam kurikulum.
Tujuan model pendidikan holistik berbasis
karakter adalah membentuk manusia secara
utuh (holistik) yang berkarakter, yaitu mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial,
kreativitas, spiritual dan intelektual siswa secara optimal.
Selain itu untuk
membentuk peserta didik mejadi pembelajar sejati bisa dilakukan dengan
beberapa langkah diantaranya yaitu :
1. Menerapkan metode belajar yang melibatkan
partisipasi aktif murid, yaitu metode yang dapat meningkatkan motivasi murid
karena seluruh dimensi manusia terlibat secara aktif dengan diberikan materi
pelajaran yang konkrit, bermakna, serta relevan dalam konteks kehidupannya.
2. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
sehingga anak dapat belajar dengan efektif di dalam suasana yang memberikan
rasa aman, penghargaan, tanpa ancaman, dan memberikan semangat.
3. Memberikan pendidikan
karakter secara eksplisit, sistematis, dan berkesinambungan.
4. Metode pengajaran yang memperhatikan
keunikan masing-masing anak, yaitu menerapkan kurikulum yang melibatkan juga 9
aspek kecerdasan manusia.
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Membangun peradaban
sebuah bangsa pada hakikatnya adalah pengembangan watak dan karakter manusia
unggul dari sisi intelektual, spiritual, emosional, dan fisikal yang dilandasi
oleh fitrah kemanusiaan. Pendidikan karakter adalah
suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan
kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders)
harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi
kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan
atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas,
pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan
lingkungan sekolah.
Dan Kepala Sekolah yang
bertindak sebagai pemimpin di sekolah harus dapat menjalankan tugas kepemimpinannya
dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. Karena pendidikan karakter di
sekolah akan berhasil jika kepemimpinan kepala sekolah dijalankan sesuai tugas
dan tanggung jawabnya sebagai pemegang kebijakan tertinggi di sekolah.
Kepemimpinan kepala
sekolah harus memiliki strategi dalam rangka peningkatan mutu dan
penguatan pendidikan karakter melalui kepemimpinan
yang visioner dan penguasaan manajemen sekolah yang profesional.
B. Rekomendasi
Berdasarkan
kesimpulan diatas, terdapat beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan dan dilaksanakan
oleh kepemimpinan kepala sekolah dalam rangka penerapan pendidikan karakter
yaitu :
1. Memberikan
dorongan kepada para guru untuk mampu mengembangkan wawasan keilmuannya khususnya
tentang pendidikan karakter baik dengan pembinaan maupun megikuti seminar tentang
pendidikan.
2. Mengadakan
pendekatan dengan komponen-komponen yang terkait untuk keberhasilan penerapan
pendidikan karakter di sekolah.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2001. Manajemen
Peningkatan Mutu Sekolah: Buku I Konsep Pelaksanaan. Jakarta: Direktorat
SLP Dirjen Dikdasmen Depdiknas.
Costa, Vincent.
P. 2000.Panduan Pelatihan untuk Pengembangan Sekolah.Jakarta: Depdiknas.
Effendy, Onong
Uchjana. 1977. Kepemimpinan dan Komunikasi. Jakarta:
Gunung Agung.
Hadari Nawawi
dan M. Martini Hadari, Kepemimpinan yang Efektif . Yogjakarta:
Gajah
Mada University Press, 1995.
Isna, Aunillah
Nurnia.2011. Panduan Menerapkan
Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta : Laksana
Nurkolis. 2003. Manajemen
Berbasis Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Widarsono,
Wisnhnubroto. 2002. Berpikir dan
Bertindak Poositif, Yogyakarta : Kanisius.
No comments for "KARYA TULIS ILMIAH (KI) KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI"
Post a Comment